GEOMORFOLOGI PULAU SULAWESI
A.
KONDISI GEOLOGI SULAWESI
Secara geologi, sulawesi merupakan wilayah yang geologinya sangat
komplek, karena merupakan perpaduan antara dua rangkaian orogen ( Busur
kepulauan Asia timur dan system pegunungan sunda ). Sehingga, hampir seluruhnya
terdiri dari pegunungan, dan merupakan daerah paling berpegunungan di antara
pulau-pulau besar di Indonesia.
1.
Lengan Utara Sulawesi
Pada lengan ini, fisiografinya terbagi menjadi
tiga bagian berdasarkan aspek geologinya, ketiga bagian tersebut adalah :
a.
Seksi Minahara
merupakan ujung timur
dari lengan utara sulawesi dengan arah timur laut barat daya yang bersambung
dengan pegunungan sangihe yang di dirikan oleh aktifitas vulkanis pegunungan soputan.
b.
Seksi Gorontalo
merupakan bagian tengah dari lengan utara sulawesi dengan arah
timur ke bawah, namun aktifitas vulkanis sudah padam yang lebar daratanya
sekitar 35 – 110 km, tapi bagian baratnya menyempit 30 km ( antara teluk dondo
dipantai utara dan tihombo di pantai selatan ). Seksi ini dilintasi oleh sebuah
depresi menengah yang memanjang yaitu sebuah jalur antara rangkaian pegunungan
di pantai utara dan pegunungan di pantai selatan yang disebut zone limboto.
c.
Jenjang Sulawesi
Utara,
merupakan lengan
utara sulawesi yang arahnya dari utara ke selatan dan terdapat depresi (
lanjutan zone limboto di gorontalo ) yang sebagian besar di tutup oleh vulkan –
vulkan muda, sedangkan antara lengan utara dan lengan timur di pisahkan oleh
teluk tomini yang lebarnya 100 km di bagian timur dan sampai 200 km di bagian
barat sedangkan dasar teluknya semakin dangkal kea rah barat ( ( kurang dari
2000 meter ) dan di bagian tengah teluk tomini tersebut terdapat pegunungan di
bawah permukaan air laut dengan bagian tinggi berupa kepulauan togian (
Sutardji ; 2006 : 101 ).
2.
Lengan Timur
Lengan timur sulawesi arahnya timur laut barat daya dan dapat di
bedakan menjadi tiga bagian. Tiga bagian tersebut adalah :
a.
Bagian Timur, berupa semenanjung
Bualeno yang di pisahkan dengan bagian tengah oleh tanah genting antara teluk
poh dan teluk besama.
b.
Bagian tengah, dibentuk oleh
pegunungan Batui dengan pegunungan Batulumpu yang arahnya timurlaut-baratdaya
yang berangsur-angsur lenardari 20 km di timur sampai 80 km di utara
Bunku.
c.
Bagian barat, merupakan pegunungan
tinggi yang membujur antara garis ujng Api sampai Teluk Kolokolo bagian timur
dan garis Lemoro sampai teluk Tomini di barat dan lebarnya sekitar 75-100 km (
Sutardji, 2006 : 101 )
3.
Lengan Tenggara
Batas antara lengan tenggara dengan bagian tengah sulawesi adalah
berupa tanah gentingantara teluk Usu dengan teluk Tomori yang lebarnya 100 km.
Sedangkan lengan tenggara Sulawesi dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
a.
Bagian Utara, berupa massip-mass
Peridotit dari pegunungan Verbeek yang di tengahnya terdapat dua graben yaitu
danau Matana dan Danau Tomini yang letaknya berada antara teluk Palopo ( Ujung
utara teluk Bone ) dengan Teluk Tolo.
b.
Bagian Tengah, berupa Pegunungan
Mekongga di sebelah barat dan sediment peridorit di sebelah timur yang di
batasi oleh Pegunungan Tangeasinua, sedangkan antara kedua pegunungan tersebut
terdapat basin yang dialiri sungai Konewha, sedangkan kea rah tenggara jalur
ini tenggelam dan membentuk teluk-teluk dan pulau-pulau kecil serta
berkelanjutan sampai kepulauan Manui.
c.
Bagian Selatan, merupakan suatu depresi
yang membujur dari arah barat ke timur yang membentang antara Kendari dan
Kolaka yang diisi dataran Aluvial yang berawa sedangkan di bagian selatannya
berupa pegunungan dan bukit-bukit yang teratur dengan membujug barat ke timur.
4.
Lengan Selatan
Bagian sulawesi selatan merupakan daerah yang dibatasi oleh garis
Tenggara-Barat Lauit dari muara sungai Karama sampai Palopo. Batas lengan utara
dari garis Timur Laut-Barat Daya dari palopo sampai teluk Mandar. Namun secara
geologis bagian barat lengan sulawesi tengah termasuk Pegunungan Quarles yang
lebih dekat hubungnnya dengan bagian selatan dengan lemngan selatan ( Sutardji,
2006 : 103 ).
Fisiografi lengan selatan berupa pegunungan seperti pegunungan
yang ada di antara Majene yang membujur utara-selatan, antara pegunungan
Quarles dengan pegunungan Latimojong dipisahkan oleh lembah Sadang dan diantara
lembah Sadang dan teluk Bone terdapat Pegunungan Latimojong yang membujur dari
utara ke selatan dengan ketinggian sekitar 3000 mdpl.Pada bagian utara dan
selatan lengan ini dipisahkan oleh depresi dengan arah baratlau-tenggara yang
terdapat danau-danau seperti Tempe, Sidenreng, dan danau Buaya.
Pada baguian selatannya lengan ini mempunyai ketinggian yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan bagian utara.Di daerah ini ada dua jalur
pegunungan yaitu di bagian barat dengan ketinggian diatas 1000 mdpl dan bagian
timur dengan ketinggian 800 mdpl yang dipisahkan oleh lembah Sungai Walaneia.
Kedua jalur pegunungan tersebut di sebelah selatan pegunungan Bontorilni,
bersatu sebagai hulu sungai Walaneia yang mengalir ke utara tertutup oleh
vulkan besar Lampobatang.
Sedangkan di luar pantai Makasar terdapat dangkalan Spermonde
dengan rangkaian karang, dan di luar pantai Watampone terdapat dangkalan dengan
rangkaian karang, laut dangkal dan sebelah baratnya menurun sampai palung Bone.
5.
Sulawesi Tengah
Keempat lengan dari pulau Sulawesi bertemu di bagian tengah.
Bagian ini di batasi oelh garis yang melalui Donggala-parigi_Lemore Teluk
Tomini dari lengan utara dan timur, garis dari Mojene_palopor Dongi sampai
teluk Temori membatasi dengan lengan selatan dan tenggara. Bagian tengah
sulawesi terbagi dalam tiga zona yang memiliki perkembangan Geologi yang
berbeda dan mengarah utara-selatan (Sutardji, 2006:104). Ketiga zona tersebut
adalah :
a.
Zona Palu, merupakan busur dalam vulkanis, tetapi telah padam, zona ini
bersatu ke utara dengan Sulawesi utara dan selatan dengan Sulawesi selatan
Batuan utama seperti grafik.
b.
Zona Poso, merupakan palung antara yang seperti Granit dan endapan sedimen
pantai batuan metamosif dengan endapan konglomerat, batu pasar dan letaknya
tidak selaras diatas batuan metamotif.
c.
Zona Kolondale, merupakan busur luar dengan dicirikan oleh
batuan ultra basa, batuan segimen yang terdiri dari gamping dan batu api usia
mesozaikum (Sutardji, 2006:104).
Berdasarkan geologinya,
lengan timur dan tenggara di dominasikan oleh batuan malihan dan afiolit yang
terobdaksi pada miosen ke atas. Mandala timur, Benua mini banggai-Sulawesi
berasal dariAustralia dan berumur Palezoikum-Mesozoikum (Smith and Silver, 1991
dalam Soemandjuntak, 2004:26). Sedangkan pada lengan selatan di dominasi oleh
batuan gunung api dan lengan selatan di dominasik oleh batuan gunung api dan
terobosan Miosen lebih muda yang membentuk sabuk lipatan diatas tepi bagian
timur daratan sunda (Katili 1978 dalam Soemandjuntak, 2004:26).
Pada bagian tengah pulau
Sulawesi didominasi batuan yang berasal dari aktivitas volkanik seperti granit.
Sedangkan pada lengan utara di dominasi oleh batuan metamorf seperti Sekis
Kristalin dan Phelit. Dilihat dari Geologi regional di lengan selatan pulau
Sulawesi yang terdapat formasi latimojong yang terdiri atas batuan batu lava,
batu pasir termetakan, batuan sabak, filit dan sekis merupakan formasi batuan
yang mirip dengan geologi Kalimantan Barat yaitu tepian benua yang terbentuk
oleh proses penunjaman. Sehingga diperkirakan Sulawesi dan Kalimantan, dulunya
merupakan satu kesatuan daratan lempeng Eurasia.
B.
KONDISI GEOMORFOLOGI SULAWESI
Pulau Sulawesi mempunyai bentuk yang berbeda dengan pulau lainnya.
Apabila melihat busur-busur disekelilingnya. Benua Asia, maka bagian convaknya
mengarah ke Asia tetapi Pulau Sulawesi memiliki bentuk yang justru convaknya
yang menghadap ke Asia dan terbuka ke arah Pasifik, oleh karena itu Pola Sulawesi
sering disebut berpola terbalik atau inverted arc. Pulau Sulawesi terletak pada
zone peralihan antara dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul dan dikelilingi oleh
laut yang dalam. Dibagian utara dibatasi oleh Basin Sulawesi ( 5000 – 5500 m ).
Di bagian Timur dan Tenggara di batasi oleh laut Banda utara dan
Laut Banda Selatan dengan kedalaman mencapai 4500 – 5000m. Sedangkan untuk
bagian Barat dibatasi oleh Palung Makasar (2000-2500m). Sebagian besar
daerahnya terdiri dari pegunungan dan dataran rendah yang terdapat secara
sporadik, terutama terdapat disepanjang pantai. Dataran rendah yang relatif
lebar dan padat penduduknya adalah dibagian lengan Selatan. Berdasarkan
orogenesanya dapat dibagi ke dalam tiga daeran (Van Bemmelen, 1949) sebagai
berikut :
1.
Orogenese di bagian Sulawesi Utara
Meliputi lengan Utara Sulawesi yang memanjang dari kepulauan
Talaud sampai ke Teluk Palu–Parigi. Daerah ini merupakan kelanjutan ke arah
Selatan dari Samar Arc. Termasuk pada daerah ini adalah Kepulauan Togian, yang
secara geomorfologis dikatakan sebagai igir Togian (Tigian Ridge). Daerah
orogenese ini sebagain termasuk pada inner arc, kecuali kepulauan
Talaud sebagai Outer Arc
2.
Orogenese di bagian Sulawesi Sentral
Dibagian sentral ini terdapat tiga struktur yang menjalur Utara –
Selatan sebagai berikut :
a)
Jalur Timur disebut Zone
Kolonodale
Jalur
Timur terdiri atas lengan timur dan sebagian yang nantinya bersambung
dengan lengan Tenggara. Sebagai batasnya adalah garis dari Malili – Teluk
Tomori. Daerah ini oleh singkapan-singkapan batuan beku ultra basis.
b)
Jalur Tengah disebut
Zone Poso
Jalur Tengah atau Zone Poso, batas Barat jalur ini adalah Medianline. Zona ini merupakan Graben yang memisahkan antara Zona Barat dan Timur. Dibagian Utara Zone ini terdapat Ledok Tomini dan di Selatannya terdapat Ledok Bone. Daerah ini ditandai oleh mayoritas batuan Epi sampai Mesometamorfik crystalline schist yang kaya akan muscovite.
Jalur Tengah atau Zone Poso, batas Barat jalur ini adalah Medianline. Zona ini merupakan Graben yang memisahkan antara Zona Barat dan Timur. Dibagian Utara Zone ini terdapat Ledok Tomini dan di Selatannya terdapat Ledok Bone. Daerah ini ditandai oleh mayoritas batuan Epi sampai Mesometamorfik crystalline schist yang kaya akan muscovite.
c)
Jalur Barat disebut Zone
Palu
Jalur Barat atau Zona Palu, ditandai oleh terdapat banyaknya
batuan grano – diorite, crystalline schist yang kaya akan biotite dan umumnya
banyak ditemui juga endapan pantai. Zona ini dibagian Utara dibatasi oleh
Teluk Palu – Parigi, di Selatan dibatasi garis dari Teluk Mandar – Palopo.
Dari Teluk Mandar – Palopo ke arah selatan sudah termasuk lengan Selatan –
Sulawesi. Daerah jalur Barat ini merupakan perangkaian antara lengan Utara
Zone Palu dan lengan selatan merupakan satuan sebagain Inner Arc.
3.
Orogenese di bagian Sulawesi Selatan
Secara garis besar tangan selatan Sulawesi merupakan kelanjutan
Zone Palu (Zone bagian barat Sulawesi Tengah) dan tangan tenggara
merupakan kelanjutan dari tangan Timur Sulawesi (Zone Kolonodale). Secara
Stratigrafi antara lengan selatan dan lengan tenggara banyak memiliki
kesamaan, begitu juga antara Zone Palu Lengan Utara dengan Zone Kolonodale
Lengan Timur dilain fihak. Walaupun demikian diantaranya terdapat
perbedaan-perbedaan sebagai contoh bagian ujung selatan (di Selatan D.
Tempe) banyak kesamaannya dengan P. Jawa dan Sumatera sedangkan ujung
selatan lengan tenggara lebih banyak kesamaannya dengan Boton Archipelago
dan Group Tukang Besi.
C.
KONDISI IKLIM SULAWESI
a)
Musim
Keadaan
musim di Propinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari dua musim yakni musim
kemarau dan musim hujan. Musim hujan terjadi antara bulan November s.d
bulan Maret, dan musim kemarau terjadi antara bulan Mei sampai dengan bulan
Oktober. Khusus pada bulan April, arah angin tidak menentu demikian pula
curah hujan sehingga pada bulan ini dikenal sebagai bulan/musim pancaroba.
b)
Curah hujan
Curah hujan di Propinsi Sulawesi Tenggara umumnya tidak merata.
Hal ini menimbulkan adanya wilayah daerah basah dan wilayah daerah semi
kering. Wilayah daerah basah mempunyai curah hujan lebih dari 2.000
mm/tahun, daerah ini meliputi wilayah sebelah utara garis Kendari -
Kolaka, dan bagian utara pulau Buton dan pulau Wawonii. Sedangkan wilayah
daerah semi kering mempunyai curah hujan kurang dari 2.000 mm/tahun,
meliputi wilayah sebelah selatan garis Kendari - Kolaka dan wilayah
kepulauan disebelah Selatan dan Tenggara jazirah Sulawesi Tenggara.
c)
Suhu udara
Karena wilayah daratan Sulawesi Tenggara mempunyai ketinggian
umumnya dibawah 1.000 meter dari permukaan laut dan berada disekitar
daerah khatulistiwa, maka propinsi ini beriklim tropis.
2.
Sulawesi tengah
Garis katulistiwa yang melintasi semenanjung bagian utara Sulawesi
Tengah membuat iklim di daerah ini tropis. Akan tetapi berbeda dengan Jawa dan
Bali serta sebagian pulau Sumatera, musim hujan di Sulawesi Tengah antara bulan
April dan Oktober sedangkan musim kemarau antara Oktober hingga April.
Rata-rata curah hujan berkisar antara 800–3000 mm per tahun, dan ini merupakan
curah hujan terendah di seluruh Indonesia. Temperatur berkisar antara 25° C –
31° C untuk dataran pantai hingga tingkat kelembaban 71% – 76%. Malam semakin
dingin dengan adanya hembusan angin laut. Di daerah pegunungan, suhu dapat
mencapai 16° C – 22° C dan dapat lebih rendah pada plateaux yang lebih tinggi
khususnya di waktu malam.
D.
KONDISI HIDROLOGI SULAWESI
Kondisi hidrologi pulau Sulawesi sangat menarik yaitu dilihat dari
sungai besar yang mengalir di pulau Sulawesi yaitu : sungai
Konawe, disungai ini berdiri Bendungan Wawotobi yang mampu mengairi sawah
seluas 18.000 Ha, sungai Lasolo, sungai Roraya, sungai Sampolawa, sungai
Wandasa, sungai Kabangka Balano, sungai Laeya dll.
E.
KONDISI TANAH SULAWESI
1.
Tanah Vulkanis
Ciri-cirinya
:
a)
Butir tanahnya halus hingga menyerupai abu
b)
Tidak mudah terbang bila ditiup angin
c)
Tanahnya sangat subur Banyak mengandung unsur hara yg dibutuhkan tumbuhan
2.
Tanah Laterit
Ciri-cirinya
:
a)
Warnanya kekuning-kuningan sampai merah
b)
Tanahnya tdk subur
c)
Tanahnya tandus
3.
Tanah Kapur (mediteran)
Ciri-cirinya
:
a)
Tanahnya tidak subur
b)
Cocok untuk tanaman kayu jati
c)
Memiliki kandungan bahan organik yg rendah Secara umum, kondisi
tanahnya kurang subur, erosi lebih besar.
F.
POTENSI FISIK SULAWESI
Propinsi Sulawesi memiliki wilayah perairan yang potensial untuk
pengembangan usaha perikanan dan pengembangan wisata bahari, karena disamping
memiliki bermacam-macam hasil ikan, juga memiliki panorama laut yang sangat
indah. Beberapa jenis ikan hasil perairan laut Sulawesi Tenggara yang banyak
ditangkap nelayan adalah : Cakalang, Teri, Layang, Kembung, Udang dll,
disamping itu terdapat pula hasil lain seperti : Teripang, Agar-agar,
Japing-japing, Lola, Mutiara dll.
Hasil Penelitian yang telah dilakukan oleh ahli kelautan Indonesia
dan luar negeri menunjukkan bahwa Buton Timur (Kepulauan Tukang Besi) memiliki
potensi perairan untuk wisata bahari yang sangat indah bila dibandingkan dengan
daerah-daerah wisata bahari lainnya di Indonesia.
👍
BalasHapus