GEOLOGI NUSA TENGGARA TIMUR
A. KONDISI GEOLOGI NUSA TENGGARA TIMUR
Bagian timur Nusa Tenggara mulai
dari Alor-Kambing-Wetar-Romang,disebutorogene timor dengan pusat undasi di L.
Flores. Evolusi orogenik daerah NusaTenggara bagian timur ini agak kompleks
karena pada masa Mesozoikum muda terjadi penggelombangan yang termasuk sirkum
Australia menghasilkan busur dalam dari P.Sumba kearah timur laut dan busur
luar melalui P. Sawu ke timur laut, Namunmemasuki periode tertier daerah ini
mengalami penggelombangan dengan pusat undasidi Laut Flores sebagai bagian dari
sitem Pegunungan Sunda.
Keganjilan-keganjilanyang nampak
seperti posisi pulau sumba di interdeep, garis arah busur luar Rote-Timor ke
arah timur laut nndan sebagiannya, menurut Van Bemmelen adalah warisan
darievolusi Geologis terdahulu yang tidak dapat dikaitkan dengan sistem
penggelombanganmasa tertier dari pegunungan Sunda.
Adadapun daerah undasi di Orogenesa
Timor sebagai berikut:
·
Busur
dalam: Alor-Kambing-Wetar-Romang, tidak memperlihatkan
tanda tandavulkanis.
·
Palung
Antara: Pulau Sumba-L. Sawu
·
Busur
Luar:
Dana-Raijua-Sawu-Rote-Semau-Timor.
·
Backdeep:
Punggungan Batutaza
Brouwer
(1917) mengemukakan absenya aktivitas vulakanisme didaerah inikarena jalan
keluarnya magma tersubat sebagai akibat dari pergeseran lempeng Australia ke
utara. Pendapat Brouwer ini mendapat tantangan dari para ahli belakanganini
termasuk Van Bemmelen karena tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan adanya
pergeseran secara lateral ke utara disekitar P. Bantat-P. Alor, tempat mulai
absenyaaktivitas vulkanisme kearah timur. Juga tidak ada perubahan arah
struktural pada busur luar yang menandakan pengaruh tekanan blok Australia,
padahal busur luar inilah yangakan terlebih dahulu tenderita tekanan tersebut.
Lebih jauh,VanBemmelenmengemukakan alasannya bahwa bila ditelusuri terus ke
timur maka deretan busur dalam yang tidak vulkanis ini tidak bersambung dengan
deretan busur dalam Damar-Banda yang vulkanis, tetapi dengan zona Ambon yang
tidak vulkanis.
Menurut
Van Bemmelen absennya aktivitas vulkanisme dari alor ke timur dan juga zona
Ambon terjadi karena berbatasan dengan dangkalan sahul.Faktor lokal lainnya
yang mungkin berpengaruh adalah:1.Gaya endogen dari lapisan tektonosfer telah
habis2.Puncak asthenolithnya mungkin mengalami pembekuan sehingga saluranmagma
yang keluar tersumbat.Sumbu geantiklin di Nusa Tenggara makin ke timur makin
tenggelam.
Hal
inidapat dilihat dari selat-selat antar pulau yang makin ke timur makin dalam
(di sebelah barat pulau Tampar rata-rata kurang dari 200 meter, sedang sebelah
timurnya makindalam yaitu antara Pantar-Alor= 1140m, Alor-Kambing=1260m,
Kambing=1040 m,Wetar-Roman=lebih 2000 m, sebelah timur Roman kira-kira 4000 m).
P. Rote, tersusun dari sedimen-sedimen yang telah mengalami pelipatan kuat,
tertutup dengan karang kuarter sampai ketinggian 430 m. P. Sawu, terdiri dari
batuan praterrier, dikelilingi oleh karang koralsetinggi 300 m. P. Timur,
puncak genatiklinalnya mengalami depresi memanjangmulai dari teluk Kupang
sampai dengan sungai Lois.
Brouwer
(1935)mengemukakan bahwa menurut cerita penduduk asli Timor, dahulu hampir
seluruh pulau merupakan laut. G. Lakaan 1525 m dahulu merupakan pulau saja.Ini
berarti pengangkatan P. Timor telah terjadi Belum lama ini. Adanya pengangkatan
tersebut didukung oleh bukti-bukti ditemukannya sisa-sisa karang pada
ketinggian 1000 m lebih. Pulau ini banyak mengalami over thrust, batuan intrusi
banyak yang tersingkap di permukaan bumi. Bahan galian seperti emas,tembaga,
chromium, dan uranium ditemukan di sana namun dalam jumlah yang tidak ekonomis.
Sebaran struktur batuan geologi yang ada di wilayah propinsi ini, adalah :
·
Batuan
Silicic (acid) Rock (batuan berasam kersi asam), terdapat
di KabupatenAlor, Kabupaten Lembata, sebagian besar Kabupaten Flores Timur,
KabupatenSikka, Kabupaten Ende, sebagian besar Kabupaten Ngada, sebagian
KabupatenManggarai, sebagian besar Manggarai Barat dan sebagian kecil Kabupaten
Kupang;
·
Batuan
Matic Basic Rocks (batuan basa) Batuan Intermediate Basic
(basa menengah)
·
Batuan
Pre Tertiare Undivideo (pra tersier tak dibedakan)
·
Batuan
Paleagene (pleogen) lluvial Terrace Deposit and Coral Reets
(alluvium undak dan berumba koral)
·
Batuan
Neogene (neogen)
·
Batuan
Kekneno Series (deret kekneno)
·
Batuan
Sonebait Series (deret sonebait) Batuan Sonebait and
Ofu Series Terefolde (deret sonebait dan deret terlipat bersama) Batuan Ofu
Series (deret ofu)
·
Batuan
Silicic Efusives (efusiva berasam kersik)
·
Batuan
Triassic (trias)
·
Batuan
Crystalline Shist (sekis hablur).
Kondisi
Geologi Nusa tenggara berada diantara bagian timur pulau Jawa dan kepulauan Banda
tediri dari pulau-pulalu kecil.
· Batas Barat
: Pulau Jawa Batas Timur : Kepulauan banda
· Batas Utara
: Laut Flores
· Batas Selatan
: Samudra Hindia
Berada
pada Busur Banda Rangkaian pulau ini dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda.
Deretan pegunungan di nusa tenggara dibangun tepat di zona subduksi
indo-australia pada kerak samudra dan dapat di interpretasikan kedalaman
magmanya kira-kira mencapai 165-200 km sesuai dengan peta tektonik Hamilton
(1979).
B.
PROSES
PEMBENTUKAN TEKTONIK NUSA TENGGARA TIMUR
Proses pembentukan Nusa Tenggara
Timur tidak terlepas dari proses pembentukan tektonik indonesia secara
keseluruhan. Pada 40 juta tahun yang lalu, Sulawesi, Halmahera, dan pulau pulau
lainya di indonesia bagian timur belum terlihat bentuknya, juga bagian utara
dari Kalimantan belum muncul.
Pada 30 juta tahun yang lalu,
lengan utara sulawesi ulai terbentuk bersamaan dengan jalur oviolit jamboles.
Sedangkan jalur ofiolit sulawesi timur masih berada dibelahan bumi selatan.
Pada 20 juta tahun yang lalu kontinen-kontien mikro bertumbukan dengan jalur
ofiolit sulawesi timur, dan laut maluku membentuk sebagai bagian dari laut
filipina. Laut cina selatan mulai membuka dan jalur tunjaman di utara
serawak-sabah mulai aktif.
Selnjutnya Australia dan papua
bergerak mendorong ke arah utara sehingga kalimantan dan pulau-pulau di
indonesia timur berotasi berlawanan arah dengan gerak jarum jam. Pada 10 juta
tahun yang lalu, benua mikro ukang besi – Buton bertumbukan dengan jalur
ofiolit sulawesi tenggara, tunjaman ganda terjadi dikawasan laut maluku, dan
laut serawak terbentuk di utara kalimantan.
Sulawesi terbentuk yang merupakan
gabungan dari setidaknya tiga unsur dari lokasi berbeda. Kemudian di ikuti
dengan terbentuknya pulau-pulau di daerah laut banda dan halmahera. Kalimantan
menjadi utuh dengan menyatunya bagian utara yang berasal dari unsur di
utaranya. Demikian juga papua posisinya sudah lebih dekat ke indonesia.
Pada 5 juta tahun yang lalu, benua
mikro banggai-sula bertumbukan dengan jaalur ofiolit sulawesi timur, dan mulai
aktif tunjangan miring di antara papua nugini. Sulawesi yang merupakan pulau
besar termuda di indonesia, ternentuk menjadi sempurna seperti sekarang sejak
lima juta tahun yang lalu.
Kepulauan Nusatenggara terletak
pada dua jalur geantiklin yang merupakan sambungan dari bagian barat Busur
Sunda-Banda. Busur terdiridari pulau-pulau : Romang, Wetar, Kambing, Alor,
Pantar, Lomblen, Solor,Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan
Bali. Sedangkan Busur geantiklin dimulai dari timur ke barat sebelah selatan
terdiri dari :Timor, Semau Roti, Sawu, Raijua dan Dana.Pematang Geantiklin
tersebut bercabang dua di daerah Sawu, satu cabang masuk kearah barat
menyeberangi P.Raijua dan P. Dana terus ke Pematang submarin pada palung Jawa
Selatan, cabang lainnya bersambung dengan busur Sunda-Banda melalui P. Sumba.
Pada umumnya struktur didaerah penyelidikan sesar mendatar yang
berarahbarat–timur, meskipun ada yang berarah timurlaut-baratdaya. “Proses
geodinamika global (More et al, 1980),
selanjutnya berperan dalam
membentuk tatanan tepian pulau-pulau Nusantara tipe konvergen aktif (Indonesia
maritime continental active margin), di mana bagian luar Nusantara merupakan
perwujudan dari zona penunjaman (subduksi) dan atau tumbukan (kolisi) terhadap
bagian dalam Nusantara, yang akhirnya membentuk fisiografi perairan Indonesia.
C. TEKTONIK NUSA TENGGARA TIMUR
Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara
timur dan sekitarnya merupakan bagian dari kerangka sistem tektonik Indonesia.
Daerah ini termasuk dalam jalur pegunungan Mediteranian dan berada pada zona
pertemuan lempeng. Pertemuan kedua lempeng ini bersifat konvergen, di mana
keduanya bertumbukan dan salah satunya, yaitu lempeng Indo-Australia, menyusup
ke bawah lempeng Eurasia. Batas pertemuan lempeng ini ditandai dengan adanya
palung lautan (oceanic trough), terbukti dengan ditemukannya palung di sebelah
selatan Pulau Timor yang dikenal sebagai Timor through.
Pergerakan lempeng Indo- Australia
terhadap lempeng Eurasia mengakibatkan daerah Kepulauan Alor sebagai salah satu
daerah yang memiliki tingkat kegempaan yang cukup tinggi di Indonesia berkaitan
dengan aktivitas benturan lempeng (plate collision). Pergerakan lempeng ini
menimbulkan struktur-struktur tektonik yang merupakan ciri-ciri sistem
subduksi, yaitu Benioff Zone, palung laut, punggung busur luar (outer arc
ridge), cekungan busur luar (outer arc basin), dan busur pegunungan (volcanic
arc).
Selain kerawanan seismik akibat
aktivitas benturan lempeng, kawasan Alor juga sangat rawan karena adanya sebuah
struktur tektonik sesar naik belakang busur kepulauan yang populer dikenal
sebagai back arc thrust. Struktur ini terbentuk akibat tunjaman balik lempeng
Eurasia terhadap lempeng Samudra Indo-Australia. Fenomena tumbukan busur benua
(arc-continent collision) diduga sebagai pengendali mekanisme deformasi sesar
naik ini.
Back arc thrust membujur di Laut
Flores sejajar dengan busur Kepulauan Bali dan Nusa Tenggara dalam bentuk
segmen-segmen, terdapat segmen utama maupun segmen minor. Fenomena sesar naik
belakang busur kepulauan ini sangat menarik untuk diteliti dan dikaji mengingat
sangat aktifnya dalam membangkitkan gempa- gempa tektonik di kawasan tersebut. Sesar
ini sudah terbukti nyata beberapa kali menjadi penyebab gempa mematikan karena
ciri gempanya yang dangkal dengan magnitude besar. Berdasarkan data, sebagian
besar gempa terasa hingga gempa merusak yang mengguncang Bali, Nusa Tenggara
Barat, dan NTT disebabkan oleh aktivitas back arc thrust ini, dan hanya
sebagian kecil saja disebabkan oleh aktivitas penyusupan lempeng.
Sesar segmen barat dikenal sebagai
Sesar Naik Flores (Flores Thrust) yang membujur dari timur laut Bali sampai
dengan utara Flores. Flores Thrust dikenal sebagai generator gempa- gempa
merusak yang akan terus-menerus mengancam untuk mengguncang busur kepulauan. Sesar
ini menjadi sangat populer ketika pada tanggal 12 Desember 1992 menyebabkan
gempa Flores yang diikuti gelombang pasang tsunami yang menewaskan 2.100 orang.
Sesar ini juga diduga sebagai biang terjadinya gempa besar di Bali yang menewaskan
1.500 orang pada tanggal 21 Januari 1917. Sesar segmentasi timur dikenal
sebagai Sesar Naik Wetar (Wetar Thrust) yang membujur dari utara Pulau Alor
hingga Pulau Romang.
Struktur ini pun tak kalah
berbahaya dari Flores Thrust dalam “memproduksi” gempa- gempa besar dan merusak
di kawasan NTT, khususnya Alor. Sebagai contoh bencana gempa bumi produk Wetar
Thrust adalah gempa Alor yang terjadi 18 April 1898 dan gempa Alor, 4 Juli
1991, yang menewaskan ratusan orang.
Berdasarkan tinjauan aspek
seismisitas dan tektonik tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingginya aktivitas
seismik daerah Kepulauan Alor disebabkan kawasan kepulauan ini diapit oleh dua
generator sumber gempa, yaitu dari arah selatan Alor, berupa desakan lempeng
Indo-Australia, dan di sebelah utara Alor, terdapat sesar aktif busur belakang
(Wetar Thrust).
D.
KONDISI
GEOMORFOLOGI
Pulau-pulau di Nusa Tenggara
terletak pada dua jalur geantiklinal, yangmerupakan perluasan busur Banda di
sebelah barat. Geantiklinal yang membujur daritimur sampai pulau-pulau Romang,
Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor,Adonara, Flores, Rinca, Komodo,
Sumbawa, Lombok dan Bali. Sedangkan dibagianselatan dibentuk oleh pulau-pulau
Timor, Roti, Sawu, Raijua dan Dana.
Punggungangeantiklinal tersebut
bercabang di daerah Sawu. Salah satu cabangnya membentuk sebuah ambang yang
turun ke laut melewati Raijua dan Dana, berakhir ke arah punggungan bawah laut
di selatan Jawa. Cabang lain merupakan rantai penghubungdengan busur dalam yang
melintasi daerah dekat Sunda.
a.
Palung
Belakang
Di sebelah timur Flores dibentuk
oleh bagian barat basin Banda selatan. Disebelah utara Flores dan Sumbawa
terbentang laut Flores, yang dibedakan menjaditiga bagian, yaitu: Laut Flores
Barat laut, berupa dataran ( platform ) yang luas dan dangkal,yang
menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan dangkalan Sunda.
Basin Flores Tengahberbentuk
segitiga dengan puncak terletak di sebelahselatan volkan Lompobatang, yang
berhubungan dengan depresi Walanae. Sedangkan dasarnya terletak di sepanjang
pantai utara Flores, yangmerupakan bagian terdalam (-5140).3)Laut Flores Timur
terdiri dari punggungan dan palung diantaranya, yangmenghubungkan lengan
selatan Sulawesi dengan punggungan bawah lautBatu Tara.
Di sebelah utara Bali dan Lombok
palung belakang ini dibentuk oleh LautBali (lebar 100 km dan dalam 1500 m) ke
arah barat dasarnya berangsur-angsur terangkat sampai bersambung dengan laut
dangkal di selat Madura.
b.
Busur
Dalam
Busur dalam Nusa Tenggara merupakan
kelanjutan dari Jawa menuju Busur Dalam Banda. Di Nusa Tenggara merupakan
punggungan geantiklinal. Selatdiantara pulau di bagian barat dangkal dan
menjadi lebih dalam ke arah timur. Struktur umum Lombok di sebelah utara
merupakan zone volkanis denganvolkan aktif Rinjani (zone Solo), dataran rendah
Mataram (subzone Blitar). Diselatan berupa pegunungan selatan dengan materi
kapur Tertier dan breksi volkanis.Bali dipisahkan oleh selat Bali terhadap
Jawa.
Zone di Bali sama denganJawa.
Bagian utara merupakan bagian terluas terdiri dari volkan-volkan. Kuarter yang
masih aktif, menunjukkan kelanjutan kompleks volkan muda di Jawa.
DataranDenpasar yang membentang
pada kaki selatan volkan termasuk sub zone Blitar diJawa. Dataran ini
dihubungkan oleh tanah genting yang menyempit dengan bukit- bukit kapur Tertier
Ulu Watu (213 m) yang dapat dibandingkan dengansemenanjung Blambangan. Pulau
Nusa Panida (529 m) antara Bali dan Lombok
juga terdiri dari kapur Tertier ini.
Fisiografi Sumbawa yang khas adalah
adanya depresi yang memisahkangeantiklinal menjadi beberapa bagian, diantaranya
berupa teluk di bagian timur.Teluk tersebut dipisahkan dari laut oleh pulau
Mojo yang memberikan sifat khasdari depresi antar pegunungan pada puncak
geantiklinal. Sisi utara ditumbuhi oleh beberapa volkan muda. Volkan Ngenges,
Tambora dan Soromandi menghasilkan batuan leucit. Sedimen tertier dan batuan
kapur alkali disebarkan secara luas di pulau Sumbawa. Hal ini memberikan
gambaran bahwa zone pegunungan SelatanJawa terdapat di seluruh pulau Sumbawa
dan depresi menengah yang disebut zoneSolo.
Teluk Saleh merupakan sebuah
depressi terpencil dari zone Solo.Pulau Flores dipisahkan dari Sumba oleh selat
Sape. Komodo dan Rincatermasuk ke dalam puncak geantiklinal Flores Tengah, yang
terdiri dari batuanvolkanis lebih tua (Tertier) dan intrusi magmatis yang dapat
dibandingkan denganPegunungan Selatan Jawa.
Volkan-volkan yang lebih muda
muncul di sepanjang pantai selatan Flores Barat. Di Flores Timur geantiklinal
itu berupa sumbu yangtenggelam sehingga batuan volkanis yang lebih tua dan
intrusi granodiorit tidak begitu banyak,
serta hanya terdapat volkan muda yang muncul dibagian puncaknya.Geantiklinal
itu bersambung disepanjang Solor, Adonara, Lomblen dan Pantar,dimana
pulau-pulau tersebut terdiri dari volkan yang aktif. Sumbu itu kemudianmelalui
Alor, Kambing, Wetar dan Romang.
Di bagian ini busur dalam tidak
memiliki volkan aktif. Pulau-pulau tersebut tersusun dari endapan volkanis
Tertier akhir yang sebagian terdapat di bawah permukaan laut.
c.
Palung
Antara dengan Sumba
Palung ini berada di antara busur
dalam volkanis Jawa-Bali-Lombok dan punggungan dasar laut sebelah selatan Jawa.
Bagian terdalam terdapat di selatanLombok, bercabang dua ke arah timur menjadi
dua cabang yaitu sebelah utara danselatan Sumba.
Cabang-cabang ini merupakan
penghubung antara palung sebelahselatan Jawa dan Basin Sawu antara Flores timur
dan Roti. Lereng yang curam padaWetar dan basin Sawu serta dasar laut yang
datar menunjukkan adanya penurunan permukaan bumi. Sedangkan ujung timur dan
baratnya dibatasi oleh pengangkatanseperti sembul (horst) di Kisar dan Sumba.
Kedua pulau tersebut secara morfologistermasuk zone palung antara.
d.
Busur
Luar
Pulau-pulau di nusa tenggara yang
termasuk busur luar adalah: Dana, Raijua,Sawu, Roti, Seman dan Timor.
Punggungan dasar laut dari selatan Jawa munculsampai 1200 m dibawah permukaan
laut, selanjutnya turun ke arah timur sampai 4000 m. Palung antara tersebut
sebagian terangkat.
Selanjutnya sumbu geantiklinalitu
naik lagi sampai ke pulau-pulau Sawu, Dana, Raijua, dan Sawu.Pulau sawu
mempunyai terumbu karang yang tingginya 300 m dpl danmengelilingi pulau ini
yang tersusun dari batuan pre-tertier.
Punggungan dana-Raijua-Sawu serong
terhadap punggungan Roti-Timor, dari tempat itu dipisahkanoleh selat Daong.
Pulau Roti tersusun dari sedimen terlipat kuat dan tertutup oleh batu karang
kuater yang tingginya 430 m dpl. Timor merupakan hasil geantiklinalyang lebar.
Disamping itu terdapat depressi
memanjang di puncaknya, melaluiTeluk Kupang sampai perbatasan Timor Leste dan
berakhir di muara sungai Lois.
e.
Palung
Depan
Antar pulau Chrismast dan
punggungan bawah laut di selatan Jawa terdapatcekungan dalam utama yang
membujur arah timur-barat, kedalamannya 7450 m. Palung depan Jawa dari sistem
pegunungan Sunda itu membentang ke arah timur. Sampai di Sumba kedalamannya
berkurang dan di sebelah selatan Sawu melengkung ke timur laut sejajar dengan
Timor. Sampai di pulau Roti dipisahkanoleh punggungan (1940 m) terhadap palung
Timor.
Palung di selatan Jawa itu di
bagian selatan dibatasi oleh pengangkatan dasar laut yang tidak jelas
batasnyamelalui Pulau Chrismast menuju dasar laut yang dalamnya 3000-4000 m.
bagiantimur palung Timor ini dibatasi oleh dangkalan Australia atau dangkalan
Sahul.
boleh tau refensinya darimana ga ka ?
BalasHapus