BUDAYA TARIAN CACI MASYARAKAT MANGGARAI
Caci merupakan tarian rakyat
Manggarai yang merefleksikan kebudayaan dan keseharian masyarakat
Manggarai. tarian caci hanya ada dalam kebudayaan Manggarai dan menjiwai
semua aspek kehidupan orang Manggarai. Tarian Caci selalu dipentaskan pasca
panen, antara bulan Juli sampai dengan november, dan dilakukan antara tiga
sampai tujuh hari. Tarian Caci mengandung makna simbolis, melambangkan
kejantanan, keramaian, kemegahan, dan sportivitas.
Peralatan tarian yang mengatur
semuanya, itulah Tuhan yang Maha Esa. Tarian Caci juga memiliki banyak fungsi
bagi kelangsungan hidup masyarakat Manggarai, sebagai komoditas pariwisata,
sebagai sarana komunikasi dengan Tuhan dan para leluhur, serta media pendidikan.Caci
yang terbuat dari kulit kerbau melambangkan kekuatan, ketenangan kerendahan
hati, dan tidak emosional, sedangkan bentuknya yang relatif bundar melambangkan
adanya satu titik pusat
A. Tarian Caci
1
Pengertian
Tari Caci ini sangat khas di NTT.
Caci adalah salah satu jenis permainan rakyat atau tarian perang
dari Manggarai (sebuah kabupaten di bagian barat Pulau Flores,
NTT) yang selain heroik juga merupakan permainan yang sarat akan nilai
budaya. Dikatakan heroik karena tarian tradisional ini hampir selalu merupakan
pertarungan berdarah. Di Manggarai caci merupakan pertarungan antara
dua orang pria, satu lawan satu, secara bergantian yakni Ata
One (tuan rumah) dan Ata Pe’ang(pendatang) yang disebut
juga Meka Landang (tamu penantang). Sportifitas sangat
dijunjung tinggi dalam tarian ini, begitu kental dengan warna tarian
ketangkasan yang cenderung keras ini.
Tari
Caci ini, memiliki sedikit perbedaan dengan tarian yang telah disebutkan
terlebih dahulu, temperamental mungkin akan menjadi kesan jika kita mengamati
sepintas tarian tradisional Manggarai Barat ini. Adu kekuatan dengan
saling mencambuk, menggunakan cambuk yang terbuat dari kulit ekor kerbau adalah
sepintas gambaran Tari Caci. Meskipun saling cambuk, yang tidak jarang
sampai menyebabkan salah satu diantaranya mengeluarkan darah, namun tidak ada
dendam yang tersimpan diantara mereka.
Dalam
tarian caci ada pihak yang memukul (paki) lawannya dengan
menggunakan Larik (pecut) atau Cambuk. Biasanya larik terbuat
dari kulit kerbau yang sudah kering. Di ujungnya dipasangi kulit kerbau tipis
dan sudah kering dan keras, disebut Lempa atau bisa diganti
dengan pori (lidi enau yang masih hijau).Lawan yang dipukul (ta’ang)
bertahan atau menangkis dengan menggunakan Nggiling (perisai, juga
terbuat dari kulit kerbau) dan Tereng/Agang (busur yang terbuat dari
bambu). Memukul dilakukan secara bergantian. Saat dua orang sedang bermain,
anggota kelompok lain akan memberikan dukungan dengan tari-tarian sambil
menunggu giliran untuk bertanding. Lokasi pertandingan biasanya adalah di Natas
Gendang atau halaman rumah adat.
Di
Manggarai tarian caci yang secara bebas diartikan menguji (ketangkasan) satu
lawan satu, biasanya hanya dipentaskan dalam acara khusus, seperti upacara penti/hang
woja (syukuran hasil panen), penyambutan tamu kehormatan atau
upacara-upacara adat lainnya, seperti paca wina (belis). Juga untuk
memeriahkan pentahbisan imam dan sebagainya. Disinilah nilai-nilai budaya
muncul dalam permainan caci dengan segala keunikannya. Biasanya, pertarungan
caci dilakukan antar desa/kampung. Selain itu juga ada kelompok pemuda
yang selalu siap dengan sopi atau tuak bakok (arak
Manggarai), minuman khas yang selalu ada dalam setiap perhelatan budaya ini.
Biasanya diminum oleh petarung untuk sekedar membangkitkan semangat dan
menambah keberanian, atau juga dinikmati oleh penonton. Caci adalah perhelatan
budaya yang indah, semarak dan menyenangkan. Biasanya, pertarungan caci
dilakukan antar desa/kampung. Bagi orang Manggarai, pementasan caci merupakan
pesta besar dimana desa penyelenggara memotong kerbau beberapa ekor untuk
makanan para peserta atau siapa pun yang me- nyaksikan caci, secara gratis.
2
Asal
Mula Tarian Caci
Menurut sumber sejarah yang ada,
Tari Caci ini berawal dari tradisi masyarakat Manggarai dimana
para laki-laki saling bertarung satu lawan satu untuk menguji keberanian dan
ketangkasan mereka dalam bertarung. Tarian ini kemudian berkembang menjadi
sebuah kesenian dimana terdapat gerak tari, lagu dan musik pengiring untuk
memeriahkan acara. Nama Tari Caci sendiri berasal dari kata “ca” berarti
“satu” dan “ci” yang berarti “uji”. Sehingga caci dapat
diartikan sebagai uji ketangkasan satu lawan satu.
3
Pertunjukan
Tari Caci
Tari Caci ini dilakukan oleh
sekelompok penari laki-laki dengan bersenjatakan cambuk dan perisai. Dalam
pertunjukannya, sekelompok penari tersebut dibagi menjadi dua bagian dan
dipertandingkan satu lawan satu. Sebelum penari dipertandingkan, pertunjukan
terlebih dahulu diawali dengan Tari Tandak atau Tari
Danding Manggarai. Tarian tersebut dilakukan oleh penari laki-laki dan
perempuan sebagai pembuka acara dan meramaikan pertunjukan Tari Caci. Setalah
tarian pembuka selesai kemudian dilanjutkan dengan atraksi Tari Caci.
Saat
kedua penari akan memasuki arena, penari terlebih dahulu melakukan pemanasan
dengan melakukan gerak tari. Kemudian mereka saling menantang sambil
menyanyikan lagu-lagu adat, lalu pertandingan pun dimulai. Dalam atraksi ini
juga terdapat beberapa aturan, pemain hanya boleh memukul pada tubuh bagian
atas lawanya seperti bagian lengan, punggung, atau dada.
Selain itu
penari harus bisa menangkis atau menghindar dari serangan lawan. Apabila tidak,
maka dia akan terkena serangan lawan dan menyisakan luka ditubuhnya, bahkan
hingga berdarah. Pemain bertahan akan dinyatakan kalah apabila terkena cambuk
di matanya. Setelah semua penari sudah dimainkan, kemudian kedua kelompok
dikumpulkan dan melakukan jabat tangan atau berangkulan sebagai tanda damai dan
tidak ada dendam di antara mereka.
4
Pengiring Tari Caci
Dalam pertunjukan Tari Caci ini
biasanya diiringi oleh alat musik tradisional seperti gendang dan gong,
serta nyanyian nenggo atau dare dari para
pendukung. Dalam pertunjukan tersebut setiap kelompok biasanya memiliki
pendukung sendiri-sendiri. Seperti layaknya sebuah pertandingan olah raga, para
pendukung juga bersorak-sorak memberikan dukungan dan semangat kepada para
penari agar bisa menang.
5
Kostum Tari Caci
pada tubuh bagian bawah menggunakan
celana panjang berwarna putih dan sarung songket khas
Manggarai berwarna hitam. Sebagai aksesoris diberi giring-giring yang
berbunyi mengikuti gerakan penari. Selain itu penari membawa cambuk dan perisai
sebagai senjata, yang terbuat dari kulit kerbau/ sapi yang sudah dikeringkan.
6
Perkembangan Tari Caci
Tari Caci ini merupakan salah satu kesenian tradisional yang cukup
terkenal dan masih dilestarikan oleh masyarakat Manggarai di Pulau Flores, Nusa
Tenggara Timur. Kesenian ini juga masih sering ditampilkan di berbagai acara
seperti syukuran musim panen(hang woja), ritual tahun baru (penti),
penyambutan tamu besar, dan berbagai acara adat lainnya.
B.
Nilai-Nilai dalam Tarian Caci
Identitas budaya tercermin dalam bahasa,
nyanyian, cara berpakaian, dan etika moral. Identitas ini termanifestasi dalam
tarian caci di Manggarai. Berdasarkan hal ini, kita akan melihat bagaimana
makna tersembunyi tarian caci ini.
1
Bahasa dan nyanyian (keindahan, keselarasan dan kerendahan hati)
Tarian caci pada dasarnya menarik ketika seorang pemain caci
setelah menerima pukulan atau memberi pukulan, berbicara dan bernyanyi.
Pembicaraan dan nyanyian yang dilakukan menggunakan Bahasa yang indah dengan
istilah-istilah yang menarik perhatian penonton. Bahasa yang digunakan tentunya
menggunakan Bahasa daerah Manggarai. Keunggulan seorang pemain caci dilihat
dari keindahannya dalam berkata-kata dan menyanyi dan selaras dengan caranya
bertarung yang diiringi bunyi gong dan gendang serta nyanyian lainnya (sanda).
Selain itu, Bahasa dan nyanyiannya akan indah ketika tidak membuat orang yang
menonton dan khusunya lawannya tersinggung. Ataupun sebaliknya, ketika petarung
tersebut terkena pukulan, keindahan Bahasa dalam menyampaikan apa yang
menimpanya secara menarik dengan istilah-istilah tersembunyi dan bermakna.
2
Cara Berpakaian
Peralatan tarian Caci yang terbuat dari kulit kerbau melambangkan
kekuatan, ketenangan kerendahan hati, dan tidak emosional, sedangkan bentuknya
yang relatif bundar melambangkan adanya satu titik pusat yang mengatur
semuanya, itulah Tuhan yang Maha Esa.
3
Etika Moral
Permainan caci atau tarian caci merupakan sebuah merupakan sebuah
identitas budaya orang Manggarai. Meskipun, ini adalah sebuah pertarungan,
tetapi etika moral tetap menjadi hal yang terutama yang harus diperhatikan.
Etika moral kemanusiaan adalah yang terutama dalam tarian ini. Dalam hal ini,
pertarungan atau perkelahian tentunya akan berlawanan dengan etika moral,
tetapi dalam permainan caci, etika moral tetap menjadi yang utama lewat sikap
tanggung jawab dan saling menghargai dalam sebuah pertarungan.
4
Darah, Keringat, dan Air
Mata (kejantanan, keramaian, kemegahan, dan sportivitas)
Darah, keringat, dan air mata terus menerus hadir selama tarian
caci berlangsung. Darah, keringan, dan air mata ini tidak akan membuat
orang-orang yang hadir dan bertarung mengalah. Mereka takkan pernah menyerah
sampai dikatakan “rowa” (mati). Tetapi, mati di sini berarti petarung terkena
cambukan di daerah kepala (wajah) dan tangan. Meskipun tubuh mereka berdarah,
berkeringat dan air mata mengalir dari para penonton dan petarung itu sendiri,
pertarungan akan semakin seru.
Darah, keringat, dan air mata dalam tarian caci
mengandung makna kepahlawanan dan keperkasaan. Namun dalam caci, keperkasaan
tidak harus dilakoni lewat kekerasan namun juga lewat kelembutan yang
ditunjukkan dalam gerakan-gerakan yang bernuansa seni. Tarian Caci diiringi
bunyi gendang dan gong serta nyanyian para pendukungnya yang menunjukkan
kemegahan acara tersebut. Pihak yang memukul tidak harus mendapat giliran
menangkis. Posisinya bisa diganti orang lain. Pihak lawan biasanya tak
memprotes. Di sini terlihat aspek lain yakni kerelaan untuk berkorban. Semuanya
dihayati dalam suasana penuh kekeluargaan dan kebersamaan serta sportivitas.
Bagian
badan yang boleh dipukuli meliputi bagian pusar ke atas hingga wajah. Seorang
penari caci dinyatakan kalah bila pukulan larik mengenai bagian wajah hingga
luka atau berdarah. Jika ini terjadi maka penari bersangkutan harus
diberhentikan. Namun, luka karena Caci bagi orang Manggarai merupakan
kebanggaan seumur hidup dan sebuah fenomena tanpa rasa dendam.
Komentar
Posting Komentar