INSEMINASI BUATAN DAN KAWIN ALAMI
A.
Inseminasi Buatan (IB)
1.
Pengertian inseminasi buatan (IB)
Inseminasi Buatan merupakan salah satu teknologi dalam
reproduksi ternak yang memiliki manfaat dalam mempercepat peningkatan mutu
genetik ternak, mencegah penyebaran penyakit reproduksi yang ditularkan melalui
perkawinan alam, meningkatkan efisiensi penggunaan pejantan unggul, serta
menurunkan/ menghilangkan biaya investasi pengadaan dan pemeliharaan ternak
pejantan.
Inseminasi buatan (IB) Merupakan suatu cara atau teknik
untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah
diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat
kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut ‘insemination
gun‘.
2.
Tujuan Inseminasi Buatan
Ada beberapa tujuan inseminasi
buatan(IB) antaralain adalah sebagai berikut:
a.
Memperbaiki mutu genetika ternak,
b.
Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat
yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya,
c.
Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih
luas dalam jangka waktu yang lebih lama,
d.
Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur,
e.
Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.
3.
Keuntungan dan kerugian (IB)
Dalam
inseminasi buatan (IB) ada beberapa keuntungan dan kerugianya. Keuntunan dan
kerugianya adalah sebagai berikut,yaitu:
1.
Keuntungan (IB)
1.
Dapat menghasilkan keturunan anak yang baik dan berkualitas
karena menggunakan sperma dari pejantan yang unggul.
2.
Peternak tidak perlu memelihara pejantan sehingga biaya
pakan maupun waktu untuk memelihara pejantan dapat digunakan untuk keperluan
lain.
3.
Dapat menghindari cacat pada kelahiran anak.
4.
Mencegah terjadinya penularan penyakit yang disebarkan
melalui perkawinan alami.
5.
Dapat memperpendek jarak kelahiran (calving interval)
6.
Menghindarkan ternak sapi betina mengalami kecelakaan dalam
melakukan perkawinan alami bila pejantan yang digunakan terlalu besar.
7.
Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan.
8.
Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik.
9.
Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina
(inbreeding).
10. Dengan peralatan dan teknologi yang
baik spermatozoa dapat simpan dalam jangka waktu yang lama
11. Semen beku masih dapat dipakai untuk
beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati.
2.
Kerugian IB
1.
Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan
IB tidak tepat maka tidak akan terjadi terjadi kebuntingan,
2.
Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila semen
beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan breed / turunan yang besar dan
diinseminasikan pada sapi betina keturunan / breed kecil,
3.
Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan
semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama,
4. Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek
apabila pejantan donor tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak
melalui suatu progeny test).
4.
Waktu Untuk Inseminasi Buatan
Waktu yang tepat untuk melakukan IB pada ternak sapi adalah
15 s/d 18 jam setelah sapi menunjukkan gejala birahi, karena pada saat tersebut
sel telur telah mencapai saluran tuba falopi yaitu saluran tempat penyatuan sel
telur dengan sperma yang diikuti dengan proses pembuahan.
Gejala-gejala Berahi pada Ternak
Sapi Pada umumnya adalah sebagai berikut:
a.
Kemaluan
bagian luar (vulva) ternak berwarna merah
b.
Bila
dicermati kemaluan tersebut membengkak
c.
Bila
diraba kemaluan tersebut terasa hangat
d.
Dari
kemaluan keluar lendir bening dan transparan
e.
Gelisah
dan kurang nafsu makan
5.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan IB
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
kegagalan dalam pelaksanaan IB pada ternak sapi yaitu:
a.
Kondisi
kesehatan sapi betina yang di IB. Betina yang kondisinya sehat (sebelum dan
setelah di IB) akan mampu memelihara kebuntingannya sampai melahirkan dengan
baik,
b.
Ketepatan
waktu pelaksanaan IB,
c.
Mutu
semen beku yang digunakan. Semen beku yang digunakan hendaknya mendapatkan
penanganan yang benar mulai saat produksi, penyimpanan dan distribusi sampai di
tingkat lapangan,
d.
Keterampilan
petugas IB sangat mempengaruhi keberhasilan IB. Makin terampil petugas IB,
makin kecil resiko kegagalannya.
B.
Kawin Alam
1.
Intensifikasi kawin alam (IKA)
Upaya peningkatan populasi ternak sapi dapat dilakukan
dengan intensifikasi kawin alam melalui distribusi pejantan unggul terseleksi
dari bangsa sapi lokal atau impor dengan empat manajemen perkawinan, yakni:
a.
perkawinan model kandang individu,
b.
perkawinan model kandang kelompok/umbaran,
c.
perkawinan model rench (paddock)
d.
perkawinan model padang pengembalaan.
Pejantan yang digunakan berasal dari hasil seleksi
sederhana, yaitu berdasarkan penilaian performans tubuh dan kualitas semen yang
baik, berumur lebih dari dua tahun dan bebas dari penyakit reproduksi seperti
EBL dan IBR.
Untuk seleksi induk diharapkan memiliki deskriptif sebagai berikut:
a. induk dereman/manaan (nahunan), yakni dapat beranak
setiap tahun,
b. skor kondisi tubuh 5-7,
c. badan tegap, sehat dan tidak cacat,tulang pinggul pada kambing
besar dan lubang pusar agak dalam,
d. Tinggi gumba >135cm dengan bobot badan >300 kg.
2.
Cara
kawin
Cara kawin alam ini
dianjurkan dengan pertimbangan sebagai berikut,yaitu :
a.
secara alamiah ternak sapi potong memiliki kebebasan hidup,
sehingga mendukung perkembangbiakannya secara normal,
b.
secara alamiah ternak sapi jantan mampu mengetahui ternak
sapi betina yang berahi,
c.
penanganan perkawinan secara kawin alam memerlukan biaya
yang sangat murah, tanpa adanya campur tangan manusia,
d.
metode kawin alam sangat efektif dan efisien, sehingga dapat
digunakan sebagai pola usaha budidaya ternak mulai dari cara intensif, semi
intensif dan ektensif, bahkan juga dilakukan di beberapa perusahaan.
3.
Perkawinan
di kandang invidu (sapi diikat)
Kandang individu adalah model
kandang dimana setiap ekor sapi menempati dan diikat pada satu ruangan; antar
ruangan kandang individu dibatasi dengan suatu sekat. Kandang invidu di
peternak rakyat, biasanya berupa ruangan besar yang diisi lebih dari satu sapi,
tanpa ada penyekat tetapi setiap sapi diikat satu persatu.
Model Perkawinan kandang individu dimulai dengan melakukan
pengamatan birahi pada setiap ekor sapi induk dan perkawinan dilakukan satu
induk sapi dengan satu pejantan (kawin alam) atau dengan satu straw (kawin IB).
Biasanya kandang individu yang sedang bunting beranak sampai menyusui pedetnya.
Pengamatan birahi dapat dilakukan
setiap hari pada waktu pagi dan sore hari dengan melihat gejala birahi secara
langsung dengan tanda-tanda estrus. Apabila birahi pagi dikawinkan pada sore
hari dan apabila birahi sore dikawinkan pada besuk pagi hingga siang.
Persentase kejadian birahi yang terbanyak pada pagi hari. Setelah 6-12 jam
terlihat gejala birahi, sapi induk dibawa dan diikat ke kandang kawin yang
dapat dibuat dari besi atau kayu, kemudian didatangkan pejantan yang dituntun
oleh dua orang dan dikawinkan dengan induk yang birahi tersebut minimal dua
kali ejakulasi.
Setelah 21 hari (hari ke 18-23) dari
perkawinan, dilakukan pengamatan birahi lagi dan apabila tidak ada gejala
birahi hinggga dua siklus (42 hari) berikutnya, kemungkinan sapi induk tersebut
berhasil bunting.
Untuk meyakinkan bunting tidaknya,
setelah 60 hari sejak di kawinkan, dapat dilakukan pemeriksaan kebuntingan
dengan palpasi rektal, yaitu adanya pembesaran uterus seperti balon karet
(10-16 cm) dan setelah hari ke 90 sebesar anak tikus. Induk setelah bunting
tetap berada dalam kandang individu hingga beranak, namun ketika beranak
diharapkan induk di keluarkan dari kandang individu selama kurang lebih 7-10
hari dan selanjutnya dimasukkan ke kandang invidu lagi.
4.
Perkawinan
kandang kelompok
Kandang terdiri dari dua bagian,
yaitu sepertiga sampai setengah luasan bagian depan adalah beratap/diberi
naungan dan sisanya di bagian belakang berupa areal terbuka yang berpagar
sebagai tempat pelombaran. Ukuran kandang (panjang x lebarnya) tergantung pada
jumlah ternak yang menempati kandang, yaitu untuk setiap ekor sapi dewasa
membutuhkan luasan sekitar 20 – 30 m2.
Bahan dan alatnya dibuat dari semen
atau batu padas, dinding terbuka tapi berpagar, atap dari genteng serta
dilengkapi tempat pakan, minum dan lampu penerang.
Manajemen perkawinan model kandang
kelompok dapat dilakukan oleh kelompok tani atau kelompok perbibitan sapi
potong rakyat yang memiliki kandang kelompok usaha bersama
(cooperate farming system)
dengan tahapan sebagai berikut:
a.
Induk
bunting tua hingga 40 hari setelah beranak (partus) diletakkan pada
kandang khusus, yakni di kandang bunting dan atau menyusui,
b.
Setelah
40 hari induk dipindahkan ke kandang kelompok dan dicampur dengan pejantan
terpilih dengan kapasitas sapi sebanyak 10 ekor betina (induk atau dara) dan
dikumpulkan menjadi satu dengan pejantan dalam waktu 24 jam selama dua bulan.
c.
Setelah
dua bulan dikumpulkan dengan pejantan dilakukan pemeriksaan kebuntingan (PKB)
dengan cara palpasi rectal terhadap induk-induk sapi tersebut (perkawinan
terjadi secara alami tanpa diketahui yang kemungkinan pada malam hari atau
waktu tertentu yang tidak diketahui.
Komentar
Posting Komentar